Kamis, 10 Mei 2018

Renungan : IMAN JAMAN NOW

HALLELUYA KRISTUS BANGKIT, KRISTUS MULIA! Selamat Paskah sama saudaraku dalam Kristus. Adakah sukacita dalam diri kita setelah kebangkitan Kristus? Tanpa menunggu jawaban dari sama saudara, saya yakin pasti ada sukacita, karena kita tidak hanya merayakan Paskah tetapi juga mengalami Paskah.

Melihat judul di atas, setiap kita tentu sudah punya ekspektasi tersendiri bagaimana harus beriman dan mengimani serta mengamini keyakinan kita kepada Kristus. Dalam urusan iman, apa kira-kira hal yang bisa kita lakukan dan miliki seiring perkembangan jaman? Tentunya ada disposisi batin yang tidak memiliki batasan yang jelas antara harapan dan rasa pesimis terhadap pertumbuhan iman di jaman ini. Namun sebagai orang beriman kita senantiasa diajarkan untuk selalu memiliki pengharapan akan sesuatu yang lebih baik namun disamping itu ada juga perasan kuatir akan pertumbuhan iman yang diakibatkan oleh perkembangan jaman. Rasa kuatir ini tentunya akan berkurang dan menuju kea rah menghilang apabila kita menemukan setidaknya satu dari sekian banyak solusi iman. Minggu kemarin Tuhan mengingatkan kita akan pentingnya tinggal dalam Dia sebagai Pokok Anggur, terlepas dari pengalaman kehidupan “dibersihkan dan dipangkas” oleh berbagai macam persoalan, Tuhan meminta Cuma satu “TINGGALAH DALAM AKU.”

Ajakan Tuhan untuk tinggal dalam Dia sangan membutuhkan usaha dari pihak kita. Ajakan Tuhan ini ibarat menawarkan “Shelter” bagi peziarahan iman kita. Bukankah Tuhan sebenarnya sudah dan sedang menawarkan kebutuhan primer bagi jiwa kita? Apakah kita merasa butuh terhadap ajakan Tuhan di jaman yang penuh dengan kumudahan bagi kehidupan manusia ini? Lantas apa yang harus kita lakukan?

“We need to return, back to the past to save the future” karena tidak semua hal baru dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh dunia ini menyempurnakan hidup kita. Clive Staples Lewis seorang novelist mengatakan “Jika kita menemukan diri kita dengan keinginan yang tidak ada di dunia ini yang dapat memuaskan, penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa kita diciptakan untuk dunia lain.” (semoga saya tidak sedang menambah permasalahan kutipan fiksi dan non fiksi di sini hahha)

Adalah sangat manusiawi bagi kita untuk mengenali ketidaklengkapan kita. Kita harus mengakui dan menyadari serta menerima kenyataan bahwa semua orang ingin mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Namun, tidak ada sesuatu pun di bumi yang memuaskan kerinduan tersebut atau ada seseorang yang telah mencapai prestasi seperti itu. Dan oleh karena itu kita sebenarnya diciptakan untuk "dunia lain" - "dunia keabadian".

Hanya melalui rahmat Tuhan dimanifestasikan dalam Tiga Keutamaan Teologis dari Iman, Harapan, dan Kasih yang bisa menghantarkan kita untuk dapat mencapai dunia lain: dunia Kebahagiaan Abadi. Jadi dalam menjawabi tuntutan iman jaman now, kita perlu kembali ke fundasi iman kita. Inilah hadiah terindah. Aku sebut hadiah agar selalu dikenang dan diamalkan serta dijaga (sama saudara bisa memberi nama juga sesuai dengan keinginan masing-masingAdapun tiga hadiah tersebut adalah; Iman memungkinkan kita untuk melihat takdir kita tentang kebahagiaan kekal. Harapan menanam dalam diri kita, keinginan untuk kebahagiaan abadi itu. kasih kemudian mendorong kita menuju kebahagiaan kekal seperti itu. Bapa menyatakan pikiran kita untuk melihat diriNya (Mat 16:17). Sang Anak membuka hati kita untuk merindukan Diri-Nya sendiri (1 Pet. 1: 3-5). Roh menggerakkan keberadaan kita untuk bersama-Nya (Gal. 5:25). Di dalam Kebahagiaan Abadi, kita menemukan Tuhan, dan di dalam Dia lah kita menemukan Kebahagiaan Abadi. Untuk memperoleh jawaban terhadap situasi iman jaman now adalah kembali kepada dasar atau fundasi yang memperkaya iman kita dalam Kristus yaitu tiga keutamaan Teologis, IMAN, HARAPAN dan KASIH dan kasihlah yang terbesar dan utama. 

By : Rm. Deddy Reo, SDB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar