Kamis, 01 September 2016

Renungan : Kontributor Kekudusan

Sama saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, selamat berjumpa kembali via media ini. Hari ini ketika saya menuliskan renungan ini, saya barusan selesai merayakan misa arwah bagi salah satu umat paroki yang setiap hari selalu membagi waktunya bagi Tuhan dalam perjamuan kudus. Beliau adalah pensiunan angkatan laut. Beliau sudah cukup umur namun dalam mengisi masa pensiunnya, ia menyempatkan diri untuk menjadi satpam di salah satu kantor. Beliau bukannya tidak memiliki apa-apa lagi untuk membiayai sehingga harus menjadi satpam, tapi lebih kepada mencari kesibukan. By the way sudah menyapa satpam di kantor kita hari ini belum? Semoga tidak melupakan mereka ya, sama saudaraku. Bapak ini meninggalkan dunia karena kecelakaan. Dalam homily, saya menyampaikan kepada umat dan keluarga yang ditinggalkan bahwa kita patut berbangga karena kita pernah bertemu dengan pribadi yang menjadi gambar dan rupa Tuhan. Di usianya yang secara fisik mungkin tidak bias berbuat banyak bagi gereja tapi secara rohani beliau luar biasa. Setiap hari dia memimpin doa Rosario lima peristiwa sebelum misa untuk intensi Sri Paus, Kardinal, Uskup, Romo, biarawan dan biara wati serta seluruh umat. Beliau selalu hadir satu jam sebelm misa agar tidak terlambat dalam memimpin Rosario. Beliau meninggal karena kecelakan. Para Romo di Perak mempunyai gelar untuknya, “the smiling face”. Sudakah kita tersenyum hari ini? Yang belum sempat, hayo sempatkan diri untuk tersenyum. Senyum itu murah dan simple memang tapi efeknya powerful.

Sama saudaraku, berbicara mengenai kontribusi berarti berbicara tentang pemberian sukarela. Kontributor sendiri adalah sukarelawan yang memberikan waktu mereka, kemampuan, dan keterampilan dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain dan membuat orang lain, lingkungan menjadi yang lebih baik. Hal ini sering termasuk mengambil tindakan individu dan kolektif menuju menangani, keluarga, sesama, sekolah, tempat kerja, untuk meringankan dan mengurangi tantangan ataupun hal yang menghambat kelangsungan hidup seseorang maupun kolektif. Sudah bukan hal yang asing kalua para contributor ini memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan hormat dengan penuh ketulusan, kejujuran dan integritas. Harus diakui bahwa tidak semua orang memiliki kelebihan dan peluang yang mereka lakukan, namun mereka berusaha untuk menciptakan sebuah komunitas di mana setiap orang dihormati, dihargai, dan didukung. Mereka mempromosikan keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Mereka berdiri untuk perasaan dan hak orang lain. Sama saudaraku lantas bagaimana dengan kita, apakah kita juga menjadi contributor terhadap kekudusan sesama?

Sama saudaraku yang dikasihi Tuhan, terkadang kita yang masih aktif secara fisik kurang menyadari ternyata ada orang yang tidak kita ketahui mendoakan kita dan mendukung kita dangan cara mereka. Itu bisa datang dari keuarga, dari mereka yang kita layani dan bisa juga dari sesama umat yang mengimani Tuhan Yesus. Pertanyaannya kok bisa? Ya tentu bisa karena kita mengimani Tuhan yang sama yang Maha Murah, Maha Agung, Maha Rahim dan Maha Penyayang. Ini yang selalu saya ingatkan kepada anak-anak yang selama ini mendapat perhatian sama saudara dari Yayasan Pena Mas Mulia agar anak-anak ini selalu mensyukuri kemurahan hati Donantur dengan mendoakan mereka. Mendukung karya sesama melalui doa adalah bentuk kemurahan hati yang tanpa pamrih, bentuk kepedulian yang kudus terhadap keselamatan jiwa sesama.

Ada perasaan lega ketika kita bisa mendoakan seseorang, dan melihat Tuhan mendengar doa kita dengan mengaruniai kepada orang yang kita doakan rahmat yang mereka butuhkan. Ada perasaan sukses ketika kita bisa melaporkan kepada Tuhan bahwa saudara kita membutuhkan Tuhan. Ya, kita berkontribusi terhadap kekudusan mereka. Alasannya karena kita semua berasal dari Tuhan yang kudus dan akan kembali kepada Tuhan yang kudus pula.

Bagi kita yang aktif dalam karya dan pelayanan, kita tidak sedang membatasi diri hanya sebagai kontributor terhadap kekudusan, kita adalah pelaku kekudusan, perpanjangan tangan Tuhan bagi kesejahtaeraan hidup sesama. Tuhan sedang memakai kita, kita adalah pelaku utama dalam menjaga kekudusan sesama.

Berkah Dalem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar